Tampilkan postingan dengan label Kelas 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kelas 10. Tampilkan semua postingan
Lembaga Penyedia dan Pemanfaatan Data Cuaca-Iklim di Indonesia

Lembaga Penyedia dan Pemanfaatan Data Cuaca-Iklim di Indonesia

Data cuaca dan iklim dapat diakses sekaligus dimanfaatkan melalui beberapa lembaga di Indonesia. Lembaga penyedia informasi ini di antaranya LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), dan BIG (Badan Informasi Geospasial).

 


Lembaga Penyedia dan Pemanfaatan Data Cuaca-Iklim di Indonesia
Lembaga yang menyediakan data atmosfer?
Badan yang memberikan informasi tentang cuaca?
Apa itu BMKG?
Apa saja tugas dan fungsi BMKG?


Prakiraan cuaca dan iklim yang akan berlangsung hari ini, besok, atau beberapa bulan ke depan, bukan semata-mata timbul begitu saja. Akan tetapi, ada lembaga yang menganalisis terhadap keadaan geologis bumi sehingga bisa muncul prakiraan itu. 


Berdasarkan catatan BMKG, data cuaca dan iklim ternyata berbeda. Data cuaca didefinisikan sebagai penjelasan mengenai kondisi atmosfer secara real time atau saat ini. Didapatkan melalui pengamatan, pengukuran setiap waktu, lalu dianalisis di Stasiun Pengamatan Cuaca. 


Sedangkan, data iklim dijelaskan sebagai data cuaca yang tidak digunakan untuk hari itu, melainkan untuk jangka waktu minggu dan bulan berikutnya. Pencarian data ini dilakukan dengan analisis data cuaca selama beberapa hari, kecenderungan itu bisa digunakan untuk mencari data iklim hingga jangka waktu ke depan. 


Lantas, apa saja lembaga yang mengurus hal itu dan bagaimana penjelasannya?



1. LAPAN 


Lembaga penyedia data iklim dan cuaca yang satu ini dibentuk pada 27 November 1963 melalui Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963. Kedudukannya disebut sebagai lembaga pemerintah non-kementerian. 


Tugas utama yang dimiliki oleh lembaga yang melakukan pemanfaatan data iklim itu ialah meneliti dan mengembangkan kedirgantaraan negara. Selain itu, penyelenggaraan keantariksaan sejalan dengan Peraturan Perundang-Undangan (Perpu). 


Melalui laman resminya, LAPAN menyebutkan fungsinya sebagai penyusun kebijakan nasional mengenai penelitian dan pengembangan yang menyinggung soal ilmu antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, serta pemanfaatan penginderaan jauh. 


Setelah menerapkan kebijakan, maka fungsi berikutnya adalah melaksanakan serta mengawasi kegiatan yang telah direncanakan. Terakhir, akan dilakukan distribusi informasi mengenai hasil penelitian dan pengembangan sesuai kebijakan.



2. BMKG 


Nama lembaga ini sebagai Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika baru diresmikan pada 2008, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008. Sebelumnya, nama Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) ini adalah BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 Tahun 2002. 


Tugas utama BMKG adalah menjalankan beberapa aturan dalam perundang-undangan terkait meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. Lalu, terdapat juga fungsi yang dilakukan agar bisa menyempurnakan tugasnya. 


Dimulai dari merumuskan kebijakan nasional terkait meteorologi, klimatologi, dan geofisika, lembaga ini melakukan perencanaan serta membuat program untuk menerapkannya. Lalu, diadakan pengawasan agar tidak terjadi sebuah kesalahan dalam menganalisis data. Selain itu, BMKG juga berfungsi sebagai pemberi informasi kepada khalayak umum terkait tiga aspek utama yang telah disebutkan.



3. BIG 


Sama seperti dua lembaga sebelumnya, berdasarkan Bab 1 Pasal 1 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011, BIG adalah LPND yang dipimpin oleh seorang ketua dan bertanggung jawab pada Presiden RI. Resmi lahir pada 27 Desember 2011, tepat ketika peraturan itu dikeluarkan. 


Lembaga ini diberikan tugas untuk menjalankan tugas pemerintah terkait geospasial. Fungsi LPND ini tertulis dalam Pasal 2 Perpres No. 94 Tahun 2011. 


Pertama, merumuskan dan mengendalikan kebijakan mengenai informasi geospasial. Lalu, dilanjutkan dengan penyelenggaraannya melalui program hingga akhirnya data yang dikumpulkan bisa menjadi konsumsi publik sebagai bentuk pemanfaatannya. 

Apa itu Hidrologi? Proses dan 3 Jenis Siklusnya

Apa itu Hidrologi? Proses dan 3 Jenis Siklusnya

Hidrologi adalah ilmu yang membahas kehadiran dan pergerakan air di bumi. Enam tahapan proses hidrologi yakni Evaporasi, Transpirasi, Evapotranspirasi, Sublimasi, Kondensasi, dan Presipitasi. Siklus hidrologi dibagi menjadi Siklus Pendek, Siklus Sedang, dan Siklus Panjang.



Pengertian Hidrologi, Proses, dan 3 Jenis Siklusnya
Siklus hidrologi dibagi menjadi 3 sebutkan apa saja?
Apa saja proses hidrologi?
Apa siklus hidrologi dan sebutkan jenisnya?
Apa siklus hidrologi dan jelaskan prosesnya?



Hidrologi mempelajari siklus perjalanan air, mulai dari penguapan di permukaan bumi sampai kembali lagi menjadi air yang menguap. 


Hidrologi adalah ilmu yang membahas kehadiran dan pergerakan air di bumi. Di dalamnya mencakup pergerakan, distribusi, dan kualitas air. Ilmu ini menjadi cabang dari ilmu geografi dan telah dipelajari semenjak tahun 1608 masehi. 


Secara definisi, siklus hidrologi adalah ilmu yang mengkaji siklus air di semua tahapannya yang meliputi proses evaporasi, kondensasi uap air, presipitasi, dan penyebaran air di permukaan bumi, penyerapan air di dalam tanah, hingga terjadi kembali proses daur ulangnya. 


Menurut jurnal online Trisakti.ac.id, dalam siklus hidrologi terjadi penggantian total (replacement) air dalam kurun waktu tertentu. 


Misalnya pada air tawar, selalu mengalami siklus ini. Waktu yang diperlukan untuk penggantian total air yaitu: air sungai sekitar 18-20 tahun, penggantian uap air di atmosfer sekitar 12 hari, dan penggantian air tanah sampai ratusan tahun. 


Hidrologi akan mengalami serangkaian proses. Proses ini akan berbeda tergantung dari jenis siklusnya. Setidaknya ada enam proses dalam hidrologi. 



1. Evaporasi


Proses evaporasi adalah tahap penguapan air permukaan yang terjadi dari air di sungai, danau, laut, atau di mana pun di bumi. Penguapan terjadi lantaran menguap oleh teriknya paparan sinar matahari. 



2. Transpirasi


Pada transpirasi, terjadi penguapan air dari tubuh makhluk hidup terutama tumbuhan dan hewan. Cara kerjanya sama dengan evaporasi secara umum, hanya yang membedakan yaitu sumber penguapannya. 



3. Evapotranspirasi


Proses Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi. Pada tahap ini menjadi sangat berpengaruh pada siklus hidrologi terkait jumlah air yang nantinya terangkut. 



4. Sublimasi


Dalam sublimasi terjadi perubahan molekul cair ke gas yang menuju atmosfer. Kejadian ini terutama pada penguapan es di kutub atau gunung yang tidak melalui proses pencairan. 



5. Kondensasi


Dalam kondensasi, uap air yang menuju ke atas menjadi bentuk partikel es. Partikel es lalu membentuk awan dan menjadi berwarna hitam jika jumlahnya semakin banyak. 



6. Presipitasi


Di tahap presipitasi, partikel es di awan mencair karena suhu meningkat. Lalu, terjadilah hujan dengan jatuhnya butiran air menuju permukaan bumi. Pada hujan salju atau hujan es, presipitasi terjadi di suhu kurang dari 0 derajat Celcius. 


Sementara itu, mengutip dari laman Pemprov Banten, terkait durasinya, siklus hidrologi dapat dibagi menjadi siklus pendek, siklus sedang, dan siklus panjang. 



1. Siklus Pendek 


Pada siklus pendek, air laut berubah menjadi uap karena panas matahari. Kemudian, terjadi kondensasi membentuk awan dan turun sebagai hujan di permukaan laut. 



2. Siklus Sedang


Siklus sedang paling sering terjadi di daerah beriklim tropis. Air laut akan menguap menjadi gas menuju atmosfer. 


Selanjutnya, uap mengalami kondensasi dan mengumpul sebagai awan. Dari awan hitam, partikel es mencair dan jatuh menjadi hujan di permukaan bumi. Airnya lalu menuju sungai ke laut, dan proses siklus air dimulai kembali. 



3. Siklus Panjang


Dalam siklus panjang, terjadi penguapan pada air laut menjadi gas akibat panas matahari. Uap air ini lalu melewati proses kondensasi, membentuk awan dengan kristal es, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk salju. 


Salju akan membentuk gletser yang mencair dan menuju ke aliran sungai. Dari sungai, menuju laut dan proses siklus dimulai lagi dari awal.

Apa Saja Karakteristik Lapisan-lapisan Bumi?

Apa Saja Karakteristik Lapisan-lapisan Bumi?

Bumi terdiri dari beberapa lapisan seperti kerak, mantel, inti luar, dan inti dalam. lapisan bumi tersebut diidentifikasi dengan bantuan teknologi seismologi. Penentuan karakteristik lapisan bumi melibatkan pengukuran perubahan kecepatan gelombang suara dari gempa bumi, serta analisis karakteristik mineral di berbagai kedalaman.



Karakteristik Lapisan Bumi: Kerak, Mantel, Inti Luar, dan Inti Dalam
Apa yang dimaksud karakteristik lapisan Bumi?
Apa karakteristik lapisan litosfer?
Apa saja karakteristik mantel Bumi?
Bagaimana penyusun lapisan inti luar bumi?



Para ahli menjelaskan, bahwa bumi seperti bawang bombay yang terbentuk dari banyak lapisan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada saat ini memungkinkan manusia untuk mendeteksi berapa banyak lapisan-lapisan dalam bumi. Secara berurutan, lapisan-lapisan tersebut terdiri atas kerak, mantel, inti luar, dan inti dalam. 


Dilansir dari Phys, lapisan-lapisan bumi dapat dideteksi dengan aktivitas seismologi. Deteksi dengan metode ini melibatkan pengukuran gelombang suara yang dihasilkan oleh aktivitas gempa bumi. 


Perubahan kecepatan seismik menyebabkan penyimpangan gelombang cahaya atau refraksi. Kondisi ini kemudian dihitung sesuai dengan Hukum Snell untuk menentukan perbedaan massa jenis. 


Selain itu lapisan-lapisan bumi juga dibedakan berdasarkan karakteristik mineral di tiap kedalaman. Umumnya, lapisan-lapisan terdalam bumi cenderung lebih cair dibanding lapisan luar. Ini dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan tekanan yang besar. 


Perbedaan suhu dan tekanan ini disebabkan oleh energi panas yang tersisa saat pembentukan awal planet, peluruhan unsur radioaktif, dan pembekuan inti dalam akibat tekanan. 


Berikut karakteristik lapisan-lapisan bumi dan penjelasannya, 



1. Lapisan Kerak 


Kerak merupakan lapisan terluar dari bumi, dengan ketebalan sekitar 5 hingga 70 kilometer. Lapisan ini baru muncul 100 juta tahun setelah bumi terbentuk. 


Sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu bumi mengalami proses peleburan yang menyebabkan zat yang padat tenggelam ke tengah sementara bahan yang lebih cair akan berpindah ke bagian luar. Zat yang berada disisi luar kemudian membentuk kerak bumi. 


Dalam studi yang dipublikasikan oleh Universitas Riau (UNRI) kerak bumi terbentuk atas tiga jenis batuan utama, yaitu batuan beku, metamorf, dan sedimen. Meskipun kerak membentuk seluruh permukaan bumi (termasuk benua dan samudera), lapisan ini hanya membentuk 1 persen dari seluruh volume bumi. 



2. Lapisan Mantel 


Mantel terdiri atas dua bagian, yaitu mantel atas dan mantel bawah. Menurut Phys, lapisan ini membentuk 84 persen volume bumi. Mantel atas, membentuk litosfer dan kerak bumi yang membentang di kedalaman 7 hingga 450 kilometer. 


Kemudian zona transisi di kedalaman 410 hingga 660 kilometer, lalu lapisan mantel bawah yang terletak di kedalaman 660 hingga 2.891 kilometer. 


Lapisan ini merupakan lapisan yang terdapat aktivitas tektonik atau pergerakan lempeng. Aktivitas ini bertanggung jawab atas pergeseran benua, gempa bumi, pembentukan rantai pegunungan, dan sejumlah proses geologi lainnya. 


Lapisan mantel tersusun atas besi dan nikel. Suhu lapisan ini juga tinggi, yaitu sekitar 500° hingga 900° Celcius pada mantel atas, dan 4.000° Celcius pada mantel bawah. 



3. Inti Luar 


Berdasarkan penyelidikan seismik, bagian inti bumi memiliki struktur yang cair. Lapisan inti luar diprediksi memiliki kepadatan yang jauh lebih tinggi daripada mantel atau kerak, berkisar antara 9.900 dan 12.200 kg/m3. 


Inti luar memiliki ketebalan 2.300 kilometer, dengan radius kurang lebih 3.400 kilometer. Inti luar dibentuk oleh besi, nikel, dan sejumlah elemen ringan. Diperkirakan, lapisan ini memiliki suhu 4.030° hingga 5.730° Celcius. 



4. Inti Dalam 


Lapisan inti dalam memiliki komposisi yang sama dengan inti luar, tetapi lebih padat. Inti dalam memiliki radius seluas 1.200 kilometer atau sekitar 70 persen dari jari-jari bulan. 


Suhu inti dalam diperkirakan sekitar 5.400° Celsius. Meski suhu inti dalam tinggi, tetapi tekanan lingkungannya juga tinggi, yaitu sekitar 330 hingga 360 gigapascal. Hal ini yang menyebabkan besi dan logam lainnya tidak meleleh dan cenderung memadat pada lapisan ini. 


Dilansir dari Live Science, inti dalam bumi diperkirakan mengembang sebesar 1 milimeter setiap tahun. Peneliti memperkirakan hal ini disebabkan karena inti dalam tidak dapat melarutkan jumlah elemen cahaya yang sama dengan inti luar. 


Akibatnya, besi cair membentuk, membeku dan mengkristal pada batas inti dalam. Sementara, cairan sisa yang mengandung lebih banyak unsur ringan mengapung dan membantu dorongan konveksi ke inti luar. Pertumbuhan inti dalam bumi ini dipercaya dapat mempengaruhi medan magnet bumi melalui aksi dinamo.

Apa Dampak Rotasi Bumi Terhadap Kehidupan di Bumi?

Apa Dampak Rotasi Bumi Terhadap Kehidupan di Bumi?

Rotasi bumi adalah proses yang memengaruhi terjadinya siang-malam, cuaca, sirkulasi angin, dan medan magnet. Rotasi bumi dipengaruhi oleh pembentukan awal tata surya, interaksi dengan bulan, dan jika tiba-tiba berhenti, maka akan menyebabkan kerusakan hebat. Sementara jika rotasi melambat maka akan mengubah iklim dan suhu secara drastis dan menghilangkan perlindungan medan magnet bumi.



Dampak Rotasi Bumi Terhadap Kehidupan di Bumi
Peristiwa yang terjadi akibat rotasi dan revolusi bumi?
Apa dampak apa saja dampak rotasi bumi?
Apa yang menyebabkan terjadinya rotasi bumi?


Setiap planet di tata surya mengalami rotasi, begitu pula bumi. Bagi bumi, rotasi merupakan salah satu proses yang membuat planet ini bersahabat dengan kehidupan. Rotasi bumi terjadi dalam 24 jam dengan kecepatan 1.500 kilometer per jam. 


Kecepatan ini sama dengan mobil yang melaju dengan kecepatan 88 kilometer per jam untuk menempuh jarak 5 centimeter. Sumbu bumi membentang dari Kutub Utara ke Kutub Selatan, sehingga butuh waktu 24 jam atau satu hari untuk membuat satu putaran penuh. Lama rotasi bumi dapat dihitung menggunakan jam atom. 



Mengapa bumi berotasi? 


Dilansir dari Space Place, rotasi tiap-tiap planet di tata surya berkaitan dengan proses pembentukannya. Diperkirakan sekitar lima miliar tahun lalu, tata surya masih berupa awan debu dan gas yang amat luas. Awan dan gas tersebut perlahan-lahan membentuk cakram raksasa yang berputar semakin cepat seiring berjalannya waktu. 


Kemudian, matahari mulai terbentuk di tengah cakram tersebut. Sisa gas dan debu di putaran cakram lalu mengumpul dan membentuk planet, bulan, asteroid, dan komet yang mengorbit ke matahari. Komponen kosmik ini kemudian saling bertabrakan, menempel, dan memutar satu sama lain. Benda dengan gravitasi yang besar akan menangkap benda yang lebih kecil di orbit, seperti yang terjadi pada bumi dan bulan. 


Para ahli percaya bahwa di masa pembentukannya, bulan merupakan benda kosmik seukuran Planet Mars hingga akhirnya bertabrakan dengan bumi. Tabrakan tersebut, selain meruntuhkan sebagian material bulan, menyebabkan bumi berputar dengan cepat. Kala itu, satu hari di bumi sama dengan 6 jam. 


Saat bumi berputar, tarikan bulan menyebabkan lautan di bumi mengalami pasang surut. Kemudian gesekan antara pasang surut dan bumi yang berputar, menyebabkan rotasi sedikit melambat. Saat rotasi bumi mulai melambat, bulan perlahan-lahan menjauh. 



Apa dampak rotasi bumi? 


Kehidupan siang dan malam bukanlah satu-satunya dampak dari rotasi bumi, tetapi juga suhu dan cuaca. Menurut National Geography saat bumi berotasi ada dua hal yang terjadi, satu sisi terkena sinar matahari dan sisi lainnya terkena bayangan. 


Peristiwa ini yang kita sebut dengan siang dan malam. Peristiwa ini berpengaruh besar terhadap cuaca di bumi. Jika bumi tidak berotasi, separuh bumi akan mengalami panas dan cerah, dan sebagian lainnya akan membeku dan gelap. Hal ini dapat berdampak pada produksi makanan hingga kesehatan manusia. 


Rotasi bumi juga berdampak pada angin, gelombang, dan arus air laut secara global. Dilansir dari situs resmi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) ini karena rotasi bumi memungkinkan sirkulasi udara dibelokkan ke kanan di belahan bumi Utara dan ke kiri di belahan bumi Selatan. 


Belokan ini disebut efek Coriolis. Hal ini penting untuk keberlangsungan kehidupan di bumi, salah satunya untuk pemanfaatan energi. 


Selain itu, rotasi bumi berdampak pada medan magnet bumi. NASA mencatat bahwa magnet bumi dihasilkan oleh efek dinamo yang melibatkan proses rotasi. Efek ini mempengaruhi sejumlah peristiwa seperti Aurora (cahaya kutub utara) dan sabuk radiasi Van Allen. Radiasi ini melindungi bumi dari sinar kosmik dan partikel berenergi tinggi lainnya. 



Apa yang terjadi bila bumi berhenti berotasi? 


Para ahli mencatat ini rotasi bumi mungkin berhenti dalam beberapa miliar tahun mendatang. Jika bumi berhenti berputar tiba-tiba, atmosfer akan tetap bergerak dengan kecepatan rotasi asli bumi, yaitu 1.770,2 kilometer per jam di ekuator. Jika hal ini terjadi, maka apapun yang ada di atas permukaan bumi termasuk pohon, bangunan, hingga lapisan tanah, akan porak poranda tersapu oleh atmosfer. 


Namun, situasi akan berbeda apabila bumi berhenti berotasi secara bertahap dalam waktu miliaran tahun. Jika periode rotasi melambat menjadi 1 rotasi setiap 365 hari, bumi akan mengalami kondisi yang disebut sinkron matahari. Kondisi ini menyebabkan bumi mengalami siang atau malam permanen sepanjang tahun. 


Jika berhenti berotasi sepenuhnya maka bumi akan mengalami siang dan malam masing-masing selama setengah tahun. Siang dan malam hari dalam waktu 6 bulan akan mengubah pola sirkulasi angin atmosfer, yang mengacaukan iklim yang ada saat ini. Suhu bumi akan meningkat dan menurun secara ekstrim yang dapat membahayakan kehidupan. 


Selain itu, medan magnet tidak akan lagi beregenerasi yang kemudian membusuk dan tidak berfungsi. Ini artinya tidak ada lagi sabuk radiasi Van Allen yang melindungi bumi dari partikel kosmik berbahaya.

Penjelasan 10 Konsep Dasar Ilmu Geografi. Apa Saja?

Penjelasan 10 Konsep Dasar Ilmu Geografi. Apa Saja?

Geografi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari segala kehidupan di atas permukaan bumi. 10 Konsep dasar ilmu geografi, yakni Lokasi, Jarak, Keterjangkauan, Morfologi, Aglomerasi, Pola, Interaksi-Interdependensi, Nilai Kegunaan, Diferensiasi Area, dan Keterkaitan Keruangan.



10 Konsep Dasar Ilmu Geografi
Apa saja konsep konsep dasar dalam geografi?
Apa maksud konsep keterjangkauan dalam geografi?
Apa yang dimaksud dengan morfologi dalam geografi?


Geografi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari segala kehidupan di atas permukaan bumi. Ilmu geografi memiliki 10 konsep dasar integral beserta penjelasannya. Apa saja 10 konsep dasar geografi itu? 


Menurut Bintarto seperti dikutip dari Modul Belajar Geografi karya Hendro Murtianto, geografi merupakan ilmu yang mengkaji bumi serta segala aspek yang ada di atasnya, mulai dari flora, fauna, iklim, udara, dan juga segala interaksinya. 


Dari kajian ini, ilmu geografi dapat diaplikasikan ke berbagai bidang yang berkaitan dengan kehidupan bumi dan menyangkut ruang. 


Dikutip dari situs web SIMAK Universitas Indonesia (UI), pengetahuan dari ilmu geografi menghasilkan wawasan konseptual, pola pikir, dan kemampuan aplikatif yang bisa digunakan untuk mengerjakan sesuatu. 


Di antaranya adalah perencanaan dan pengembangan wilayah, pengelolaan lingkungan, kehutanan, pertambangan, energi, industri, transportasi, perbankan, manajemen, pemasaran, pendidikan, dan lain-lain. 


Untuk bisa berpikir dengan cara geografis, seseorang harus mempelajari 10 konsep dasar ilmu geografi, yaitu lokasi, jarak, keterjangkauan, morfologi, aglomerasi, pola, interaksi-interdependensi, nilai kegunaan, diferensiasi area, dan keterkaitan keruangan. 


Berikut ini 10 konsep dasar geografi dan penjelasannya: 


1. Lokasi 


Sebuah konsep untuk mengkaji letak objek tertentu di permukaan bumi. Lokasi didefinisikan sebagai titik absolut sesuatu. Sebagai contoh, negara Indonesia yang terletak di 6o LU – 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Bukan hanya negara yang dapat dijadikan objek, bisa gunung, sungai, danau, atau lainnya. 


2. Jarak 


Konsep jarak sebenarnya masih berkaitan dengan lokasi, namun dinyatakan melalui nominal ukuran garis lurus ke lokasi lainnya serta bisa diukur dengan menggunakan peta. Dengan kata lain, seberapa jauh lokasi satu dengan lokasi lainnya yang dihitung menggunakan nominal melalui peta. Contohnya, jarak Jakarta-Surabaya. 


3. Keterjangkauan 


Pada konsep keterjangkauan, ada sebuah hubungan antara kondisi suatu wilayah atau titik di permukaan bumi dengan sarana transportasi untuk menuju ke sana. Contoh konsep keterjangkauan, hutan yang tidak bisa diakses oleh mobil sehingga orang yang ingin ke sana harus berjalan kaki untuk bisa menjangkaunya. 


4. Morfologi 


Dari kata morfo yang merupakan "bentuk", konsep morfologi menganalisis tentang bentuk tinggi dan rendahnya wilayah dari permukaan bumi yang diakibatkan oleh hasil pergerakan unsur endogen maupun eksogen bumi. Contoh konsep ini terdapat pada perbedaan wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang sangat kontras.


5. Aglomerasi 


Konsep aglomerasi mengenalkan terkait persebaran penduduk maupun fenomena lainnya yang sifatnya menganalisis suatu kelompok pada sebuah wilayah kecil. Dari konsep ini, seseorang yang belajar geografi akan dapat memahami bagaimana sebuah kelompok dapat menyebar di suatu wilayah tertentu. Nantinya, hal ini bisa disajikan dalam bentuk peta yang menggambarkan persebaran tersebut. 


6. Pola 


Melalui konsep pola, pelajaran mengenai bentuk, susunan, serta fenomena persebaran seluruh aspek di atas muka bumi dapat dikaji. Kajian tentang konsep pola berhubungan dengan apa yang terjadi di atas permukaan bumi melalui siklus tertentu. Misalnya air yang selalu berputar melalui hujan dan menjadi air kembali serta bergerak ke sungai dan menuju laut. 


7. Interaksi-Interdependensi 


Konsep interaksi dan interpendensi menjelaskan sebuah kegiatan yang memiliki hubungan sebab akibat serta saling mempengaruhi antara objek, baik itu manusia maupun fenomena lainnya di atas bumi. Contoh kasusnya yakni penebangan pohon secara liar yang bisa mengakibatkan tanah longsor. 


8. Nilai Kegunaan 


Konsep nilai kegunaan menekankan sebuah keuntungan yang dapat dimiliki oleh masyarakat pada suatu wilayah. Contohnya adalah ketika seorang nelayan tinggal di daerah pesisir, maka ia membutuhkan perahu dan kail atau jaring untuk mencari ikan, bukan pacul yang digunakan untuk mengolah sawah. 


9. Diferensiasi Area 


Konsep diferensiasi area menggambarkan perbedaan antara area atau wilayah yang satu dengan lainnya. Contoh konsep ini dapat dilihat dari masyarakat yang tinggal di pesisir dan pegunungan. Warga pesisir bekerja sebagai nelayan, sedangkan warga pegunungan biasanya bekerja di kebun atau ladang. 


10. Keterkaitan Keruangan 


Konsep keterkaitan keruangan menjelaskan mengenai sebuah fenomena yang terjadi di sebuah wilayah, dan fenomena tersebut juga berdampak pada wilayah yang lain.Contoh: kebakaran hutan yang terjadi di Riau. Wilayah di sekitarnya juga merasakan dampaknya, semisal asap yang bahkan sampai ke negara tetangga. 

Ketahui Jenis-Jenis Angin: Pasat, Anti-Pasat, Barat, Timur, Muson, dan Lokal

Ketahui Jenis-Jenis Angin: Pasat, Anti-Pasat, Barat, Timur, Muson, dan Lokal

Angin adalah udara yang bergerak. Adapun jenis-jenis angin yakni, angin pasat (trade wind), angin anti pasat, angin barat (westerlies), angin timur (easterlies), angin muson, dan angin lokal. Angin lokal terbagi lagi nih, menjadi angin darat dan angin laut, angin gunung dan angin lembah, serta angin fohn atau yang dikenal sebagai angin jatuh. 


Jenis-Jenis Angin: Pasat, Anti-Pasat, Barat, Timur, Muson, dan Lokal

Apa itu angin? 

Apa saja jenis-jenis angin? 

Apa perbedaan angin pasat dan anti pasat? 

Muson atau monsun? 

Simak jawabannya di bawah ini ya sob!



Dalam keseharian kita, sobat pasti sering dengar atau membaca terkait jenis-jenis angin. Nah, penamaan angin sebenarnya simpel, yakni dari arah mana angin tersebut berhembus. Misalnya nih, jika ada angin yang arahnya dari gunung maka angin tersebut disebut sebagai angin gunung. Dan begitu pula dengan enam jenis-jenis angin yang kita bahas di bawah ini.



Angin Pasat (Trade Wind)


Angin Pasat adalah angin yang bertiup sepanjang tahun dari daerah subtropik ke daerah khatulistiwa. Angin pasat berasal dari daerah subtropik yang memiliki tekanan udara yang lebih tinggi dan bergerak ke daerah khatulistiwa yang memiliki tekanan udara lebih rendah. Lalu, karena ada pengaruh dari rotasi bumi, makanya angin pasat berbelok ke arah kanan di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan. Konsep pembelokan arah angin ini sesuai dengan hukum Buys Ballot tentang pengaruh gaya coriolis yang terbentuk karena rotasi bumi.


Jika kalian pernah mendengar jenis angin pasat timur dan angin pasat tenggara, nah penamaan itu sesuai untuk angin pasat di belahan bumi utara yang bergerak dari timur laut menuju ke daerah khatulistiwa, dan angin pasat tenggara yang berhembus dari tenggara ke khatulistiwa untuk di belahan bumi selatan.


Di daerah khatulistiwa, angin pasat timur laut dan angin pasat tenggara bertemu. Nah, karena suhu di daerah ekuator selalu tinggi, makanya udara dari pertemuan dua jenis angin pasat tersebut naik secara vertikal yang disebut proses konveksi. Daerah pertemuan angin ini disebut sebagai daerah tanpa angin atau doldrum. Daerah ini juga disebut sebagai Daerah Konvergensi Antar Tropis (DKAT) atau daerah dengan suhu udara paling tinggi.



Angin Anti-Passat


Angin Anti-Pasat sesuai namanya yakni kebalikan dari angin pasat. Jika angin pasat arah anginnya bersumber dari daerah subtropik, kalau angin angin anti pasat dia berhembus dari bagian atas daerah ekuator. Terdapat dua jenis angin anti pasat, yakni angin anti pasat barat daya yang berhembus di belahan bumi utara dan angin anti pasat barat laut yang berhembus di belahan bumi selatan. 


Lalu, karena angin anti pasat ini berhembus melalui sirkulasi atas atau dari bagian atas ekuator, maka pada daerah sekitar lintang  20° sampai 30° LU maupun LS, angin anti pasat ini akan kembali turun secara vertikal dan menjadi angin yang sangat kering tanpa kandungan uap air. Akibatnya, pada lintang  20°–30° LU dan LS terbentuk gurun, contohnya Gurun Sahara di  Afrika, gurun di Arab Saudi, dan juga gurun di Australia.



Angin Barat (Westerlies)


Angin Barat adalah angin yang bertiup sepanjang tahun dari arah barat di wilayah antara garis lintang 35°sampai 60° lintang utara maupun lintang selatan. Angin barat ini lebih stabil dan teratur terjadi di wilayah yang berada pada 40°LS–60°LS, karena daerah ini lebih luas sehingga udara bisa tersebar lebih merata. Di belahan bumi utara, dampak dari Angin Barat ini tidak terlalu dirasakan karena terhalang oleh benua. Namun, di belahan bumi selatan, dampak dari Angin Barat sangat kuat, terutama di sekitar 60° LS. Bagi para pelaut angin ini disebut sebagai roaring Forties.



Angin Timur Kutub (Polar Easterlies)


Angin Timur atau sering juga disebut sebagai angin timur kutub, disebut demikian karena di daerah Kutub Utara maupun Kutub Selatan terdapat daerah dengan tekanan udara tinggi. Kemudian dari daerah tersebut bertiuplah angin ke daerah subpolar di lintang 60° LU/LS. Nah, karena Angin Timur dari kutub maka pasti angin ini sangat dingin ya sobat.



Angin Muson (Monsun)


Angin Muson adalah angin musiman yang berubah arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Pada setengah tahun pertama, bertiup angin kering tanpa uap air dari daratan, dan pada setengah tahun berikutnya, bertiup angin lembab atau dengan kandungan air yang tinggi dari laut.


Pada bulan April sampai Oktober terjadi angin muson timur, dimana benua Asia berada pada tekanan udara yang rendah, sedangkan Benua Afrika dan Benua Australia mengalami tekanan udara yang tinggi. Nah, karena perbedaan tekanan udara itulah berhembus angin musiman dari benua Afrika dan Australia ke Asia. 


Perlu sobat ketahui, karena angin muson timur ini bergerak dari wilayah Benua Afrika dan Australia yang kering tanpa lautan yang luas, maka angin musim ini identik membawa musim kemarau di wilayah Asia. 


Pada bulan Oktober sampai April terjadi angin muson barat, yakni ketika matahari condong berada di belahan bumi selatan, maka kondisi tekanan udara di Benua Asia menjadi tinggi dan daerah di belahan bumi selatan seperti Benua Afrika dan Benua Australia memiliki tekanan rendah. Akibat perbedaan tekanan tersebut, angin berhembus dari Asia ke Afrika maupun Australia. 


Namun, ada perbedaan mendasar yang perlu sobat ingat, angin muson barat ini berhembus dan membawa kandungan uap air yang tinggi sebab melewati lautan yang luas seperti Samudra Pasifik. Sehingga angin musim ini identik sebagai pembawa musim penghujan.


Di antara musim kemarau dan penghujan tersebut, ada juga musim pancaroba. Ciri-cirinya adalah udara panas, arah angin yang tidak tetap, hujan terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat, dan hujan lebat.



Angin Lokal


Di Indonesia juga terdapat angin lokal yang terjadi karena faktor kondisi geografis Indonesia yang beragam, faktor tersebut seperti adanya pegunungan, dan perbedaan termal antara daratan dan lautan. Sekedar info nih, karena adanya angin lokal maka beberapa wilayah di Indonesia secara umum tidak mengikuti pola musim dari angin muson barat maupun timur. Dibawah ini adalah jenis-jenis angin lokal.


1. Angin Darat dan Angin Laut


Angin darat dan angin laut adalah jenis angin yang sering dirasakan dalam keseharian kita sobat, apalagi oleh orang-orang yang tinggal di daerah pesisir pantai. Angin darat berhembus dari daratan ke laut di malam hari, sementara angin laut bergerak dari laut ke daratan ketika siang hari.


Agar kalian lebih mudah memahami angin darat dan laut ini, konsep pertama yang sobat harus mengerti yakni ada perbedaan sifat daratan dan lautan dalam menyerap panas dari matahari. Daratan terdiri dari tanah yang keras, sedangkan laut dari cairan berupa air. Darat lebih cepat memanas karena penyerapan sinar matahari dan cepat pula mendingin atau melepaskan panasnya. 


Oleh karena itu, pada malam hari, daratan yang mendingin lebih cepat menghasilkan tekanan udara tinggi dan sebaliknya untuk wilayah lautan. Sobat harus ingat dengan prinsip teori Buys Ballot, yakni udara bergerak dari tempat dengan tekanan tinggi ke tempat dengan tekanan rendah. Maka pada malam hari berhembus angin darat menuju laut yang memudahkan para nelayan untuk melaut mencari ikan. 


Sebaliknya pada siang hari, daratan lebih cepat panas daripada laut, dan daratan pun menjadi pusat tekanan rendah. Dengan demikian terjadi angin laut yang berhembus dari laut ke daratan pada siang hari dan membantu para nelayan untuk pulang.


2. Angin Gunung dan Angin Lembah


Angin gunung adalah jenis angin yang berhembus dari gunung ke lembah, dan sebaliknya angin lembah berhembus dari lembah ke gunung. Konsep pergerakan angin gunung dan angin lembah ini sama seperti angin darat dan angin laut.


Ketika pagi hari sampai sekitar jam 2 siang terjadi angin lembah, karena gunung lebih cepat panas dibandingkan daerah lembah. Karena itu, gunung memiliki suhu lebih tinggi dan membuat udara di gunung memiliki tekanan yang lebih rendah, sementara udara di lembah memiliki tekanan yang lebih tinggi. Akibatnya, angin bertiup dari lembah ke gunung.


Di sore dan malam hari, terjadi angin gunung. Di lembah, suhu udara tinggi dibandingkan dengan gunung. Hal ini menyebabkan tekanan udara di lembah menjadi rendah. Hasilnya, angin bertiup dari gunung ke lembah. Kalau sobat ingin merasakannya, area kaki gunung adalah spot terbaik. 


3. Angin Fohn


Angin fohn, juga dikenal sebagai angin jatuh, adalah angin kering dan panas yang turun dari pegunungan. Proses terjadinya angin ini hampir sama dengan angin gunung, namun perbedaanya yakni, angin fohn terbentuk sebagai hasil dari pengangkatan massa udara di sisi lain gunung yang kemudian jatuh di sisi gunung lainnya.


Lalu kenapa angin ini kering dan panas ya?. Alasannya karena udara yang telah terangkat di sisi lain gunung tersebut telah mengalami presipitasi sehingga ketika udara tersebut jatuh sebagai angin fohn, kelembapannya sudah sangat rendah atau sudah kehabisan uap air. 


Contoh angin fohn di Indonesia yakni

  1. Angin Wambrau di Biak
  2. Bahorok di Deli
  3. Kumbang di Cirebon
  4. Gending di Pasuruan
  5. Brubu di Makassar

Sungai: Pengertian, Klasifikasi, Pola Aliran, dan DAS

Sungai: Pengertian, Klasifikasi, Pola Aliran, dan DAS

Sungai adalah aliran air yang alami, panjang, dan berkelanjutan, yang mengalir dari daerah pegunungan atau sumber air lainnya menuju lautan, danau, atau sungai besar lainnya. Terdapat berbagai klasifikasi sungai yakni berdasarkan letaknya, berdasarkan arah alirannya, berdasarkan sumber airnya, dan berdasarkan kondisinya sepanjang tahun. Dalam artikel ini dibahas pula terkait pola aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS).


Apa itu sungai? Apa saja klasifikasi sungai? Seperti apa pola aliran sungai? Apa itu DAS? Kenapa DAS penting?

Apa itu sungai? 

Apa saja klasifikasi sungai?

Seperti apa pola aliran sungai? 

Apa itu DAS? 

Kenapa DAS penting?

Temukan jawabannya di bawah ini.



Pengertian Sungai


Sungai adalah aliran air yang alami, panjang, dan berkelanjutan, yang mengalir dari daerah pegunungan atau sumber air lainnya menuju lautan, danau, atau sungai besar lainnya. Peran sungai sangat penting dalam siklus hidrologi untuk mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat atau daerah yang lebih rendah.


Sungai terbentuk secara alami ketika air hujan, air dari tanah, dan air dari salju yang mencair di pegunungan mengalir bersama-sama. Air ini kemudian bergabung pada jalur sungai yang secara bertahap tumbuh lebih besar ketika mengalir menuju muaranya.



Klasifikasi Sungai


Dalam mengelompokkan sungai ada beberapa faktor dasar yang dipakai yakni, berdasarkan letaknya, berdasarkan arah alirannya, berdasarkan sumber airnya, dan berdasarkan kondisinya sepanjang tahun. Penjelasan lebih lanjut dibawah ini.


Klasifikasi sungai berdasarkan letaknya


a. Bagian Hulu, bagian hulu atau awal sungai memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Arus sungai deras
  2. Erosi yang terjadi berupa erosi vertikal ke bawah
  3. Lereng lembahnya curam
  4. Lembah penampang sungai berbentuk seperti huruf V
  5. Terdapat air terjun
  6. Tidak terjadi pengendapan atau sedimentasi
  7. Terdapat batu-batu besar dan tajam


b. Bagian Tengah, bagian tengah sungai memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Airnya tidak mengalir dengan deras
  2. Tanah di sekitar sungai mulai terkikis secara horizontal
  3. Aliran sungai menjadi berkelok-kelok
  4. Pasir dan lumpur mulai terendapkan karena kecepatan arus airnya lambat.
  5. Batu-batu bersudut bulat yang ukurannya lebih kecil dari batu-batu di hulu


c. Bagian Hilir, bagian hilir atau akhir sungai memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Arus air sungai lebih tenang
  2. Banyak terjadi pengendapan atau sedimentasi
  3. Erosi air secara horizontal
  4. Sungai meander atau berkelok-kelok
  5. Terdapat oxbow lake atau danau tapal kuda yang terbentuk karena sungai meander yang terpotong.
  6. Terdapat pembentukan delta.
  7. Batu-batunya lebih kecil dan bersudut bulat


Klasifikasi sungai berdasarkan arah alirannya


  1. Sungai Konsekuen adalah sungai yang mengalir searah dengan kemiringan tanahnya.
  2. Sungai Insekuen adalah sungai yang alirannya tidak mengikuti pola yang teratur.
  3. Sungai Subsekuen adalah anak sungai yang mengalir tegak lurus terhadap sungai utama yang searah dengan kemiringan tanah.
  4. Sungai Obsekuen adalah anak sungai dari sungai subsekuen yang mengalir ke arah berlawanan terhadap sungai utama yang searah dengan kemiringan tanah.
  5. Sungai Resekuen adalah anak sungai yang mengalir sejajar dengan sungai utama yang searah dengan kemiringan tanah.


Klasifikasi sungai berdasarkan sumber airnya


  1. Sungai Hujan adalah sungai yang airnya berasal dari hujan.
  2. Sungai Gletser adalah sungai yang airnya dari es.
  3. Sungai Campuran adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan dan juga dari gletser yang mencair. Contohnya adalah Sungai Memberamo.


Klasifikasi sungai berdasarkan kondisi airnya sepanjang tahun


  1. Sungai Episodik adalah sungai yang selalu mengalir sepanjang tahun. Jenis sungai ini umumnya ditemukan di daerah dengan curah hujan tinggi dan di wilayah dengan hutan lebat.
  2. Sungai Periodik adalah sungai yang airnya tidak stabil sepanjang tahun. Pada saat musim hujan, air sungainya bisa meluap, tetapi pada saat musim kemarau, airnya bisa mengering atau surut.



Pola Aliran Sungai


Aliran sungai membentuk pola tertentu yang disebut pola aliran sungai. Pola ini dipengaruhi oleh bentuk dan struktur bawah permukaan di wilayah yang dilaluinya. Beberapa jenis pola aliran sungai sebagai berikut:


  1. Pola dendritik: Pola ini terjadi ketika anak-anak sungai bermuara pada sungai utama dengan sudut yang tidak teratur, terlihat seperti garis-garis pada penampang daun . Pola ini umumnya terjadi di daerah dengan batuan horizontal.
  2. Pola memusat (sentripetal): Pola ini mengalir ke arah suatu titik depresi atau cekungan seperti cekungan atau kawah.
  3. Pola menyebar radial (centrifugal): Pola ini berpusat di suatu titik tinggi, seperti puncak kubah, gunung berapi, atau bukit yang terisolasi, dan mengalir ke arah luar.
  4. Pola trellis: Dalam pola ini, sungai utama mengalir sejajar dan anak-anak sungainya bergabung tegak lurus ke sungai utama. Pola ini muncul di daerah dengan perlipatan batuan.
  5. Pola aliran rektangular: Pola ini ditandai oleh sungai utama dengan anak sungai yang membelok secara tajam pada sudut 90°. Pola ini sering terbentuk di daerah patahan.
  6. Pola annular: Pola ini muncul di sekitar kubah yang telah terkikis dengan lapisan keras dan lunak yang bergantian, serta membentuk pola seperti cincin.
  7. Pola aliran pinnate: Pola ini menunjukkan aliran sungai yang sangat curam di lereng yang terjal.



Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai, yang disebut DAS, adalah bagian dari permukaan bumi di mana air mengalir ke sungai tertentu. DAS juga diartikan sebagai area di mana air hujan berkumpul dan mengalir ke sungai.


Supaya kalian lebih paham, bayangkan bahwa setiap sungai beserta anak sungainya membentuk wilayah DAS sendiri. Sebagai contoh, wilayah DAS Cimanuk terdiri dari sungai Cimanuk beserta anak sungainya. Daerah yang memisahkan satu DAS dari yang lain, disebut watershed atau stream divide.


Vegetasi yang ada pada daerah DAS perlu untuk dijaga atau dihijaukan agar lebih banyak terjadi penyerapan air oleh tanah dan bendungan tidak mengalami pendangkalan yang cepat. Perlu juga kalian ketahui bahwa kuantitas air di sungai bergantung pada ukuran DAS dan jumlah curah hujan di wilayah tersebut.


DAS memiliki peran sebagai area penampung air hujan. Penggunaan air oleh sektor pertanian, pemukiman, dan industri pastinya berdampak pada kondisi air. Akibat penggunaan ini, limbah dari penggunaan tersebut dapat masuk ke DAS dan mencemari air.


Manajemen DAS sangat penting karena berhubungan dengan pasokan air bersih, melindungi dari pencemaran air, mencegah banjir dan kekeringan, mengendalikan erosi, serta menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.


5 Jenis Klasifikasi Tipe Iklim: Matahari, Koppen, Schmidt-Fergusson, Oldeman, dan Junghuhn

5 Jenis Klasifikasi Tipe Iklim: Matahari, Koppen, Schmidt-Fergusson, Oldeman, dan Junghuhn

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berupa suhu, kelembapan, angin, dan kondisi atmosfer lainnya di suatu wilayah dalam waktu yang lama. Dalam menentukan kondisi iklim, ada lima jenis klasifikasi yang digunakan, yakni klasifikasi iklim matahari, iklim koppen, iklim schmidt-fergusson, iklim oldeman, dan iklim junghuhn.


5 Jenis Klasifikasi Tipe Iklim: Matahari, Koppen, Schmidt-Fergusson, Oldeman, dan Junghuhn

Apa itu iklim? 

Apa saja faktor-faktor penentu iklim? 

Apa itu lima jenis klasifikasi tipe iklim?

Simak jawabannya di bawah ini!.



Pengertian Iklim


Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berupa suhu, kelembapan, angin, dan kondisi atmosfer lainnya di suatu wilayah dalam waktu yang lama. Iklim menjadi gambaran umum tentang kondisi cuaca yang diharapkan dalam jangka waktu yang panjang di suatu daerah. 



Faktor-Faktor Penentu Iklim


Faktor-faktor seperti letak geografis, rotasi bumi, interaksi antara atmosfer dengan lautan dan daratan, memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan dan perubahan iklim.Faktor-faktor pembentukan dan perubahan iklim diatas, sangat mempengaruhi karakteristik dari masing-masing kondisi iklim di bumi. Berikut dibawah ini adalah lima jenis klasifikasi tipe iklim. Disimak terus ya!. 



5 Jenis Klasifikasi Tipe Iklim


1. Iklim Matahari


Klasifikasi iklim matahari berdasarkan pada seberapa banyak atau sedikitnya sinar matahari yang datang ke Bumi. Tempat-tempat di lintang tinggi atau yang lebih dekat ke kutub mendapatkan sinar matahari lebih sedikit daripada tempat-tempat di lintang rendah yang lebih dekat ke khatulistiwa.


Berdasarkan klasifikasi iklim matahari, terdapat lima daerah iklim, yakni:

  1. Daerah Iklim Tropis: Terletak di lintang 0° – 23,5° LU/LS
  2. Daerah Iklim Subtropis: Terletak di lintang 23,5° – 40° LU/LS
  3. Daerah Iklim Sedang: Terletak di lintang 40° – 66,5° LU/LS
  4. Daerah Iklim Dingin: Terletak di lintang 66,5° – 90° LU/LS


2. Iklim Koppen


Koppen adalah seorang ilmuwan asal jerman yang menciptakan sistem pengelompokan iklim dengan memakai parameter suhu dan hujan serta hubungannya dengan jenis tanaman. Pengelompokkan iklim ini berdasarkan seberapa besar curah hujan dan temperatur yang ada pada suatu daerah. Koppen membagi iklim menjadi lima jenis yang dinyatakan dalam bentuk simbol huruf sebagai berikut.


a. Iklim A - Iklim Hujan Tropis (Tropical Climate)


Iklim A, yang juga dikenal sebagai Iklim Hujan Tropis, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: suhu terendah dalam sebulan yakni tidak kurang 18° C, rata-rata curah hujan sepanjang tahun lebih dari 70 cm. Di daerah ini, kita dapat menemukan berbagai macam jenis tumbuhan dan pohon.


b. Iklim B - Iklim Kering/Gurun (Dry Climate)


Iklim B - yang juga dikenal sebagai Iklim kering atau gurun terdapat di daerah gurun atau semi arid seperti steppa. Di wilayah ini, curah hujan sangat sedikit, sekitar 25,5 mm per tahun. Di wilayah iklim kering ini pula, tingkat evaporasi atau penguapan air sangat tinggi.


c. Iklim C - Iklim Sedang (Warm Temperate Climate)


Temperatur dalam bulan terdingin berada di rentang 18° C sampai –3° C.


d. Iklim D - Iklim Salju atau Mikrothermal (Snow Climate)


Wilayah dengan iklim salju ini memiliki suhu rata-rata pada bulan terpanas diatas 10° C, sedangkan suhu rata rata ketika bulan terdingin yakni –3° C.


e. Iklim E - Iklim Kutub (Ice Climate)


Iklim kutub ini sesuai namanya terdapat di daerah kutub seperti Arctic dan Antartika. Suhu yang ada tidak pernah melebihi angka 10° C. Di wilayah dengan iklim kutub ini tidak pernah memiliki musim panas.


Menurut klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia memiliki jenis iklim A, sementara di wilayah pegunungan berada pada jenis iklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya sendiri karena letaknya yang sangat tinggi dan dingin, maka ia berada di jenis iklim E. 


Jenis iklim A dibagi menjadi tiga bagian yang lebih kecil dan diberi singkatan dengan huruf kecil, yaitu f, w, dan m, sehingga membentuk tipe iklim Af (iklim tropis basah), Aw (iklim basah tropis), dan Am (iklim basah tropik dengan musim kering yang singkat). 


Agar kalian lebih paham, dibawah ini adalah masing-masing penjelasannya.


  1. Af: Iklim hujan tropis
  2. Aw: Iklim sabana tropis
  3. Bs: Iklim stepa
  4. Bw: Iklim gurun
  5. Cf: Iklim hujan sedang, panas dan tanpa musim kering
  6. Cw: Iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin yang kering
  7. Cs: Iklim hujan sedang, panas dengan musim panas yang kering
  8. Df: Iklim hujan salju dan tanpa musim kering
  9. Dw: Iklim hujan salju dengan musim dingin yang kering
  10. Et: Iklim tundra
  11. Ef: Iklim salju


3. Iklim Schmidt – Fergusson


Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson didasarkan pada perhitungan rata-rata jumlah bulan basah dan bulan kering dalam setahun. Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering tersebut yakni dengan menggunakan perhitungan metode Mohr, penjelasannya di bawah ini.


  1. Bulan kering: yaitu bulan dengan total curah hujannya kurang dari 60 mm.
  2. Bulan basah: yaitu bulan dengan total curah hujannya lebih dari 100 mm.
  3. Bulan lembap: yaitu bulan dengan total curah hujannya antara 60–100 mm.


Kita bisa mengetahui iklim Schmidt-Fergusson dengan cara menghitungnya menggunakan rumus dibawah ini.


Rumus Penentuan Iklim Menurut Schmidt-Fergusson
Rumus Penentuan Iklim Menurut Schmidt-Fergusson


Semakin tinggi angka Q, maka wilayah tersebut lebih cenderung kering. Sebaliknya, jika angka Q lebih rendah, maka wilayah tersebut cenderung lebih lembap. Schmidt dan Fergusson telah mengelompokkan jenis-jenis iklim seperti dibawah ini.


Tabel Iklim Menurut Schmidt-Fergusson
Tabel Iklim Menurut Schmidt-Fergusson


4. Iklim Oldeman


Metode Oldeman (1975) mengelompokkan iklim hanya menggunakan jumlah hujan sebagai dasar pengukurannya. Metode ini menghubungkan bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering dengan pola pertanian di daerah-daerah tertentu. Makanya metode ini sering juga disebut sebagai "agro-climatic classification" atau pengelompokan iklim berdasarkan pertanian. 


Contohnya, jika setiap bulannya curah hujan sekitar 200 mm, maka itu sudah cukup untuk menanam padi di sawah. Sementara untuk tanaman seperti palawija, butuh minimal 100 mm curah hujan tiap bulannya.


Dibawah ini adalah tipe-tipe iklim menurut metode Oldeman.


  1. Iklim A: Jika bulan basahnya 9 kali berturut-turut.
  2. Iklim B: Jika bulan basahnya 7–9 kali berturut-turut.
  3. Iklim C: Jika bulan basahnya 5–6 kali berturut-turut. 
  4. Iklim D: Jika bulan basahnya 3–4 kali berturut-turut.
  5. Iklim E: Jika bulan basahnya kurang dari 3 kali.


Oldeman menggunakan tiga jenis bulan yang berbeda untuk menggambarkan kondisi cuaca, yaitu bulan basah, lembap, dan kering.

  1. Bulan basah jika curah hujan lebih dari 200 mm.
  2. Bulan lembap jika curah hujannya diantara 100 – 200 mm.
  3. Bulan kering jika curah hujannya kurang dari 100 mm.


5. Iklim F. Junghuhn


Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa berdasarkan pertumbuhan tanaman. Yakni sebagai berikut.


Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut.


a. Daerah Panas/Tropis

  1.  Ketinggian tempat: 0–600m  diatas permukaan laut.
  2.  Temperatur: 22° C–26,3° C.
  3.  Jenis tanaman: padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.


b. Daerah Sedang

  1.  Ketinggian tempat: 600m–1500m di atas permukaan laut.
  2.  Temperatur: 17,1° C–22° C
  3.  Jenis tanaman: padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.

c. Daerah Sejuk

  1.  Ketinggian tempat: 1500–2500 m di atas permukaan laut.
  2.  Temperatur: 11,1° C–17,1° C
  3.  Jenis tanaman: kopi, teh, kina, sayur-sayuran.


d. Daerah Dingin

  1.  Ketinggian tempat: lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.
  2.  Temperatur: 6,2° C–11,1° C
  3.  Jenis tanaman: Tidak ada tanaman budidaya

6 Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim. Ketahui Tiap-Tiap Perannya

6 Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim. Ketahui Tiap-Tiap Perannya

Cuaca adalah keadaan udara pada suatu waktu dan tempat tertentu. Sedangkan iklim adalah  rata-rata cuaca dalam waktu yang lebih lama yakni 30 tahun. Adapun unsur-unsur atau parameter cuaca dan iklim adalah suhu udara, tekanan udara, angin, kelembapan udara, curah hujan, dan perawanan.


Cuaca adalah keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu. Suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembapan udara, curah hujan, dan awan.
Apa itu cuaca?
Apa itu iklim?
Apa saja unsur-unsur cuaca dan iklim?



Definisi Cuaca dan Iklim


Cuaca adalah keadaan udara pada suatu waktu dan tempat tertentu, yang bisa berubah dengan cepat. Misalnya, seperti pagi, siang, atau sore, dan bisa berbeda di berbagai tempat dan jam. Di Indonesia, analisis perkiraan cuaca dalam 24 jam disampaikan oleh BMKG.


Sementara itu, iklim adalah rata-rata cuaca dalam waktu yang lebih lama yakni 30 tahun. Terkait wilayah jangkauan iklim, perhitungannya tidak hanya dalam jangkauan yang luas, tetapi juga dalam wilayah yang kecil seperti iklim mikro dan makro.


Perlu sobat ketahui bahwa ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari cuaca disebut Meteorologi.


Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim


1. Suhu Udara


Suhu atau temperatur udara adalah tingkat panas atau dinginnya udara. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara disebut Termometer. Hasil pengukuran temperatur udara diukur dalam skala Celcius (C) atau Fahrenheit (F). Di berbagai tempat di Bumi, suhu udara bisa sangat berbeda. Di daerah dekat garis khatulistiwa, suhu udara lebih panas, sedangkan semakin dekat ke kutub, suhu udara semakin dingin.


Udara menjadi hangat karena terkena sinar matahari. Ketika matahari bersinar, permukaan bumi menerima panas dari sinarnya. Udara akan menerima panas dari permukaan bumi yang dipancarkan kembali dalam bentuk gelombang panjang.


Tidak semua panas dari matahari diserap oleh bumi. Sebagian panas dipantulkan kembali oleh awan sebesar 20%, oleh permukaan bumi sebesar 4%, dan oleh atmosfer yakni 6%. Sebagian panas juga diserap dan disebar oleh molekul udara dan debu yang tersuspensi di atmosfer sebesar 19%.


Perubahan suhu yang paling besar dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni lintang dan ketinggian tempat. Secara umum, suhu akan semakin rendah ketika kita bergerak ke arah kutub, dan suhu juga akan menurun saat kita naik ke tempat yang lebih tinggi.


Banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.


a). Lamanya Penyinaran Matahari


Ketika matahari bersinar lebih lama dan sinarnya menyinari suatu wilayah, maka suhu di wilayah tersebut akan semakin tinggi. Jika cuacanya cerah sepanjang hari, maka akan terasa lebih panas dibandingkan dengan hari yang berawan sepanjang hari.


b). Sudut Datang Sinar Matahari


Jika matahari menerangi suatu tempat dengan sudut yang hampir tegak lurus, maka tempat tersebut akan lebih hangat dibandingkan jika matahari menerangi dengan sudut yang lebih miring.


Misalnya, di daerah ekuator yang memiliki suhu tinggi, sinar matahari datang hampir tegak sepanjang tahun. Hal ini berarti sinar matahari selalu ada di daerah ekuator, sehingga suhu rata-ratanya relatif stabil sepanjang waktu.


c). Keadaan Permukaan Bumi


Hal-hal yang terkait dengan keadaan permukaan bumi adalah perbedaan warna batuan dan karakteristik dari darat serta laut. Batuan yang berwarna terang lebih cepat memanas dibandingkan dengan batuan berwarna gelap. Daratan lebih cepat memanas dibandingkan laut.


Pemanasan oleh bumi terjadi melalui proses berikut.

  1. Pemanasan langsung terjadi ketika kontak langsung.
  2. Konveksi terjadi ketika udara berpindah.
  3. Turbulensi terjadi ketika udara bergerak tidak teratur dan berputar-putar.
  4. Adveksi terjadi ketika udara pindah secara horizontal atau mendatar.


2. Tekanan Udara


Tekanan udara adalah bobot atau berat dari udara di suatu wilayah. Tekanan ini menunjukkan seberapa kuat tenaga yang digunakan untuk menggerakkan massa udara dalam suatu daerah. Jadi, semakin tinggi dari atas permukaan laut, tekanan udaranya semakin rendah.


Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara. Tekanan udara diukur dalam satuan bar. 1 bar senilai dengan 1000 millibar (mb). Kita juga bisa menghubungkan tekanan udara dengan atmosfer, di mana 1 atmosfer (1 atm) setara dengan 1.013 bar atau 1013 mb. Pada peta sering ditunjukkan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama, yang disebut isobar.


Jika suatu daerah menerima banyak panas matahari, udara di daerah tersebut akan lebih ringan dan akan naik. Hal ini menyebabkan tekanan udara menjadi rendah di daerah tersebut. Di tempat lain, mungkin ada tekanan udara yang lebih tinggi, dan hal inilah yang menyebabkan udara bergerak dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah. Pergerakan udara ini disebut angin.


3. Angin


Angin adalah hembusan udara yang sering kita rasakan setiap hari. Secara sederhana, angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain.


Lalu, bagaimana dan mengapa angin bergerak? Angin terjadi ketika ada perbedaan tekanan udara di suatu daerah, yaitu tekanan udara yang tinggi dan rendah. Angin bergerak dari daerah dengan tekanan udara tinggi ke daerah dengan tekanan udara rendah.


Contohnya, pada bulan Desember, matahari berada di Belahan Bumi Selatan yakni di Benua Australia. Sinar matahari membuat udara di Benua Australia menjadi lebih panas, sehingga tekanannya rendah. Di Belahan Bumi Utara seperti Benua Asia, sedang musim dingin sehingga tekanan udara lebih tinggi. Karena perbedaan tekanan ini, angin bergerak dari Benua Asia ke Benua Australia.


Ada tiga hal penting terkait angin, yaitu kekuatan angin, arah angin, dan kecepatan angin. Kecepatan angin diukur menggunakan alat yang disebut anemometer. Semakin kencang anginnya, semakin cepat anemometer berputar.


Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa jenis angin yang kita kenal. Penamaan angin tergantung dari arah datangnya angin tersebut. Misalnya, jika angin datang dari arah gunung, disebut angin gunung, dan jika datang dari arah timur, disebut angin timur.


4. Kelembapan Udara


Kelembapan udara adalah jumlah uap air yang ada di udara. Uap air berasal dari air yang menguap dari permukaan bumi dan tumbuhan, yang disebut dengan istilah evaporasi dan evapotranspirasi. Ketika suhu udara tinggi atau panas, maka ia bisa menampung lebih banyak uap air, dan membuat udara tersebut lebih lembap. Alat untuk mengukur kelembapan udara disebut hygrometer atau psychrometer.


Kelembapan udara dibagi menjadi tiga jenis yakni.


a). Kelembapan Spesifik


Kelembapan spesifik adalah perbandingan banyak uap air yang ada pada udara. Biasanya diukur dalam gram (gram/kg). Sebagai contoh, jika ada 60 gram uap air dalam 1 kg udara, maka kelembapan spesifiknya adalah 60 gram per kilogram udara.


b). Kelembapan Absolut


Kelembapan absolut adalah perbandingan antara jumlah uap air dalam volume udara. Kelembapan absolut diukur dalam gram uap air per liter atau per meter kubik udara. Misalnya, jika ada 30 gram uap air dalam 1 liter udara, maka kelembapan absolutnya adalah 30 gram per liter udara.


c). Kelembapan Relatif


Kelembapan relatif adalah perbandingan antara banyak uap air yang sebenarnya atau aktual dan banyak uap air maksimum yang bisa ditampung oleh volume udara pada suhu yang sama. Kelembapan relatif juga bisa dijelaskan sebagai perbandingan antara tekanan uap air yang sebenarnya dengan tekanan uap maksimum pada suhu udara yang sama.


5. Curah Hujan


Hujan adalah saat air dalam bentuk cair atau padat turun dari langit ke permukaan bumi. Ketika kita melihat peta, garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan jumlah curah hujan yang sama disebut isohyet.


Secara sederhana, hujan dimulai ketika air dari laut dan permukaan tanah menguap karena sinar matahari. Kemudian, uap air ini berkumpul dan membentuk awan. Ketika titik-titik air di awan sudah jenuh atau cukup berat, lalu jatuh ke bumi sebagai hujan.


Untuk mengukur berapa banyak hujan yang turun, digunakan alat bernama rain gauge atau fluviometer. Alat ini berfungsi menampung air hujan dalam wadah seperti panci. Ketika hujan telah selesai, air di wadah dituangkan ke dalam tabung pengukur yang memiliki skala milimeter. Setiap hari, jumlah air yang terkumpul diukur dan dicatat. Dengan demikian, kita dapat mengetahui seberapa besar curah hujan yang turun dalam satu hari, satu bulan, atau satu tahun.


6. Awan


Awan adalah kumpulan titik-titik air atau kristal es di dalam udara yang terjadi karena proses kondensasi atau sublimasi dari uap air yang ada di dalam udara. Sedangkan, awan yang biasa terlihat rendah di permukaan bumi disebut kabut. 


Adapun jenis-jenis awan yakni:


Berdasarkan Bentuknya

  1. Awan Cumulus, yaitu awan dengan bentuk yang bergumpal-gumpal seperti kapas.
  2. Awan Stratus, yaitu awan dengan bentuk yang tipis dan melebar sehingga dapat menutupi langit.
  3. Awan Cirrus, yaitu awan dengan tekstur halus dan berserat, bentuknya seperti bulu burung. 


Berdasarkan Ketinggiannya


a). Awan Tinggi (6000 m–9000 m), awan ini berupa kristal-kristal es.

  1. Cirrus (Ci)
  2. Cirrostratus (Cs)
  3. Cirrocummulus (Ci-Cu)


b). Awan Sedang (2000 m–6000 m).

  1. Altocummulus (A-Cu)
  2. Altostratus (A-St)


c). Awan Rendah (di bawah 200 m).

  1. Stratocummulus (St-Cu)
  2. Stratus (St)
  3. Nimbostratus (No-St)


d). Awan vertikal,ada pada ketinggian 500 m–1500 m.

  1. Cumulus (Cu)
  2. Cumulonimbus (Cu-Ni)

Tanah: Pengertian, Faktor Pembentuk, Warna, Tekstur, Struktur, dan Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

Tanah: Pengertian, Faktor Pembentuk, Warna, Tekstur, Struktur, dan Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

Tanah adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah yakni, faktor cuaca, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Dalam artikel ini dibahas pula terkait profil tanah, warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, dan jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia.


Pengertian Tanah, Faktor Pembentuk Tanah, Warna Tanah, Tekstur Tanah, Struktur Tanah, dan Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

Apa itu tanah? 

Apa saja faktor-faktor pembentuk tanah? 

Apa itu profil tanah? 

Seperti apa warna, tekstur, dan struktur tanah? 

Apa saja jenis-jenis tanah di Indonesia?



Pengertian Tanah


Tanah adalah hasil percampuran dari batuan yang telah terurai, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang berada di bagian paling atas litosfer. Ilmu yang mengkaji tentang tanah disebut Pedologi. Sementara itu, ilmu yang spesifik membahas tentang pembentukan tanah disebut sebagai Pedogenesa.



Faktor-Faktor Pembentuk Tanah


Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada proses pembentukan tanah yakni faktor cuaca, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut kita bahas dibawah ini.


1. Iklim


Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Suhu dapat mempengaruhi seberapa cepat batuan induk tanah terurai. Ketika suhu tinggi, proses pelapukan terjadi lebih cepat, yang mengakibatkan pembentukan tanah menjadi lebih cepat juga. Curah hujan berpengaruh pada seberapa mudah erosi dan pencucian mineral terjadi  pada tanah. Ketika erosi terjadi dengan cepat, tanah menjadi lebih asam karena pH-nya menjadi rendah.


2. Organisme


Organisme memiliki peran penting dalam proses pembentukan tanah, termasuk dalam hal berikut:


  1. Membantu pelapukan terutama yang bersifat organik.
  2. Berkontribusi dalam pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan daun dan ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Dengan bantuan dari mikroorganisme dalam tanah membantu proses pembusukan daun dan ranting tersebut.
  3. Jenis tumbuhan berpengaruh pada sifat tanah. Contohnya, vegetasi berupa hutan bisa membentuk tanah menjadi warna merah, sementara vegetasi rumput membuat tanah berwarna hitam karena kandungan bahan organik yang tinggi.
  4. Kandungan unsur kimia dalam tanaman mempengaruhi karakteristik tanah. Sebagai contoh, jenis pohon cemara memiliki kandungan unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang lebih rendah, sehingga tanah di bawah pohon cemara memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.


3. Bahan Induk


Bahan induk terdiri dari jenis batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, serta batuan metamorf atau malihan. Batuan dasar ini kemudian akan mengalami pelapukan dan berubah menjadi tanah.


Seiring berjalannya waktu, tanah di permukaan bumi menunjukkan karakteristik yang mirip dengan jenis batuan asalnya, khususnya pada sifat kimianya. Misalnya, tanah dengan butiran pasir yang masih mengandung banyak pasir karena berasal dari batuan dasar dengan kandungan pasir yang tinggi. Komposisi kimia serta mineral dalam batuan induk akan mempengaruhi proses pelapukan yang terjadi dan jenis vegetasi yang akan tumbuh di atasnya.


Jika batuan induk memiliki kandungan kalsium (Ca) yang tinggi, maka tanah yang terbentuk mengandung banyak ion kalsium. Hal ini dapat membantu mencegah pencucian asam silikat yang biasanya menghasilkan tanah menjadi berwarna abu-abu. Sebaliknya, jika batuan dasar memiliki sedikit kandungan kapur, tanah yang terbentuk akan cenderung berwarna merah.


4. Topografi


Kondisi relief atau permukaan suatu wilayah akan berpengaruh pada pembentukan tanah, yakni sebagai berikut.


  1. Ketebalan lapisan tanah. Di daerah dengan lereng curam dan perbukitan, lapisan tanahnya biasanya lebih tipis karena tererosi, sementara di daerah datar, lapisan tanah cenderung lebih tebal karena proses sedimentasi.
  2. Sistem drainase atau aliran air. Jika sistem pengairan tidak baik, daerah tersebut akan mengalami genangan air yang berlebihan. Dan hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi asam.


5. Waktu


Tanah adalah benda alami yang mengalami perubahan secara terus-menerus karena terjadi proses pelapukan dan pencucian mineral di dalamnya. Akibat proses ini, tanah menjadi semakin tua dan menipis. Mineral-mineral yang mengandung nutrisi penting akan habis terkikis atau tererosi oleh pelapukan, dan akhirnya meninggalkan mineral-mineral yang lebih resisten.


Dengan proses pelapukan yang terus berlanjut, tanah induk mengalami transformasi menjadi tiga tahapan: yakni tanah muda, dewasa, dan tua.


Tanah muda yakni ditandai dengan bercampurnya antara bahan organik dan mineral, atau struktur bahan induk masih terlihat. Contohnya, yakni tanah aluvial, regosol, dan litosol.


Kemudian, pada tahapan dewasa, tanah menunjukkan pembentukan horizon B. Contohnya adalah tanah andosol, latosol, dan grumosol.


Yang terakhir, yakni tahapan tanah tua yang dicirikan dengan perubahan pada horizon A dan B karena proses pembentukan tanah yang terjadi terus-menerus. Contoh tanah tua adalah tanah podsolik dan laterit.


Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk tanah berbeda-beda. Tanah muda dapat terbentuk dalam waktu 100 tahun jika bahan induknya adalah abu vulkanik yang mudah terurai, sedangkan tanah dewasa memerlukan 1.000–10.000 tahun untuk terbentuk dengan baik.


Profil Tanah


Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan bahan induk. Adapun solum tanah, ialah bagian penting dari profil tanah, yang juga terbentuk melalui proses pembentukan tanah.


Perbedaan pada lapisan-lapisan tanah ini terjadi karena endapan yang terjadi berulang kali oleh pencucian mineral, dan juga akibat dari proses pembentukan tanah itu sendiri. Penampang vertikal tanah menunjukkan susunan horizon, yang dikenal sebagai profil tanah. Susunan horizon tersebut terdiri dari horizon O, A, B, C, dan D atau R (bedrock). 


a. Horizon O


Horizon ini biasanya ditemukan di tanah hutan yang belum mengalami banyak perubahan. Horizon O berada di lapisan teratas yang secara umum tersusun oleh bahan-bahan organik.


b. Horizon A


Horizon ini terdiri dari campuran zat organik dan mineral. Horizon A adalah lapisan yang telah mengalami proses pencucian (leaching).


c. Horizon B


Horizon B terbentuk dari penimbunan bahan-bahan yang telah mengalami proses pencucian di horizon A berupa zat mineral..


d. Horizon C


Horizon C terdiri dari bahan induk yang mengalami sedikit pelapukan dan tentunya tidak subur.


e. Horizon D atau R


Horizon D atau R terdiri dari batuan induk yang masih keras dan belum mengalami proses pelapukan. Horizon D atau R sering juga disebut sebagai batuan induk atau parent material atau bedrock.



Warna Tanah


Warna tanah memberikan informasi tentang karakteristik tanah. Perbedaan warna pada tanah disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, semakin gelap warna tanah.


Warna tanah terdiri dari tiga aspek berikut:


  1. Hue, menunjukkan warna spektrum tanah yang paling dominan berdasarkan panjang gelombangnya.
  2. Value, menunjukkan tingkat kecerahan warna tanah sesuai dengan intensitas pantulan cahaya.
  3. Chroma, menunjukkan kemurnian dari warna spektrum tanah.


Warna tanah dapat diidentifikasi dengan menggunakan perbandingan dari skala warna di Munsell Soil Colour Chart. Perubahan warna tanah dapat terjadi ketika tanah basah, lembap, atau kering. Makanya di dalam menentukan warna tanah perlu juga diperhatikan bagaimana kondisi tanah tersebut, apakah ia basah, lembap, atau kering.



Tekstur Tanah


Tekstur tanah menunjukkan seberapa halus atau kasar butiran tanah. Terdapat dua belas kelas tekstur tanah berdasarkan perbandingan butiran pasir, debu, dan liat di dalam tanah, yaitu sebagai berikut.


  1. Pasir
  2. Pasir berlempung
  3. Lempung berpasir
  4. Lempung
  5. Lempung berdebu
  6. Debu
  7. Lempung liat
  8. Lempung liat berpasir
  9. Lempung liat berdebu
  10. Liat berpasir
  11. Liat berdebu
  12. Liat


Dari dua belas variasi tekstur tanah tersebut, terdapat empat kelompok utama, yaitu pasir, lempung, debu, dan liat. Saat berada di lapangan, kita bisa dengan mudah menentukan jenis tekstur tanah dengan cara merasakannya dengan tangan, seperti meremas tanah untuk mengukur seberapa halus teksturnya.



Struktur Tanah


Struktur tanah yakni seperti tumpukan kecil dari tanah yang terbentuk ketika butiran-butiran tanah saling bergabung. Dan bentuk dari struktur tanah ini pun beragam, seperti yang ada di bawah ini.

  1. Lempeng (Platy), terdapat di horizon A.
  2. Prisma (Presmatic), terdapat di horizon B pada daerah iklim kering.
  3. Tiang (Columnar), terdapat di horizon B pada daerah iklim kering.
  4. Gumpal Bersudut (Angular Blocky), terdapat pada horizon B di daerah iklim basah.
  5. Gumpal Membulat (SubAngular Blocky), terdapat pada horizon B di daerah iklim basah.
  6. Granular (Granular), terdapat pada horizon A.
  7. Remah (Crumb), terdapat pada horizon A.



Jenis-Jenis Tanah di Indonesia


Berbagai jenis tanah dapat ditemukan di Indonesia, antara lain sebagai berikut.


1. Tanah Litosol


Tanah Litosol terbentuk dari mineral tanah dengan sedikit atau tanpa perkembangan horizon yang signifikan. Batuan induknya berupa batuan beku atau batuan sedimen yang keras. Kedalaman tanahnya dangkal, biasanya kurang dari 30 cm, dan terkadang merupakan singkapan dari batuan induknya. 


Tekstur tanah litosol bervariasi, umumnya berpasir, dan cenderung tidak memiliki struktur yang jelas. Di dalamnya dapat ditemukan batu-batu kecil dan kerikil, serta kesuburan tanah yang beragam. Litosol dapat ditemukan di berbagai jenis iklim.


2. Tanah Aluvial


Tanah aluvial adalah jenis tanah yang masih muda, belum mengalami banyak perubahan, terbentuk dari material alluvium, memiliki beragam tekstur, struktur lapisan yang belum terbentuk, sifatnya konsisten lengket saat basah, pH bervariasi, dan tingkat kesuburannya berkisar antara sedang dan tinggi. 


Tanah ini tersebar di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, serta daerah cekungan atau depresi.


3. Tanah Regosol


Regosol adalah jenis tanah yang masih muda. Tanah ini belum memiliki horizon yang jelas, butiran pasirnya halus, mudah hancur saat dipegang, memiliki tingkat keasaman yang netral, memiliki tingkat kesuburan yang sedang, dan berasal dari material vulkanik yang terurai dari letusan gunung api atau pasir dari pantai. Tanah ini umumnya ditemukan di lereng gunung berapi yang relatif baru terbentuk dan juga di wilayah pesisir.


4. Tanah Organik


Tanah Organik berasal dari bahan-bahan organik seperti yang ditemukan di hutan rawa atau rumput rawa. Ciri-cirinya adalah: tidak memiliki horizon yang jelas, tebalnya lebih dari setengah meter, memiliki warna mulai dari coklat hingga hitam, terasa seperti debu lempung ketika dipegang, tidak memiliki struktur tertentu, tidak lengket ketika dipegang, mengandung lebih dari 30% bahan organik jika tanahnya lempung, dan lebih dari 20% jika tanahnya pasir, umumnya memiliki sifat yang sangat asam dengan pH sekitar 4.0, dan memiliki kandungan nutrisi yang rendah.


5. Tanah Latosol


Latosol adalah jenis tanah yang telah mengalami perkembangan seperti diferensiasi horizon tanah, kedalaman tanah, kehalusan tanah, dan kepadatan tanah. Tanah ini terlihat dalam berbagai warna seperti coklat, merah, dan kuning. Biasanya ditemukan di daerah yang memiliki curah hujan tinggi yakni antara 300 hingga 1000 meter.


6. Tanah Grumosol


Tanah Grumosol memiliki permukaan yang terdiri dari butiran-butiran kecil dengan tekstur lempung, sementara bagian dalamnya terdiri dari gumpalan tanah padat. Ketika basah, tanah ini sangat lengket dan mudah dibentuk, tetapi saat kering, menjadi keras dan retak-retak. Jenis tanah ini kekurangan zat basa, aliran air yang lambat, dan rentan terhadap erosi. Grumusol tersebar luas di daerah dengan iklim agak kering, yaitu di tempat yang curah hujannya kurang dari 2500 mm setiap tahun.


7. Tanah Podsol


Tanah Podsol telah mengalami perkembangan profil, teksturnya lempung hingga pasir. Tanah ini memiliki struktur gumpal, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sehingga membuat tanah ini sangat asam dan memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini sangat rentan terhadap erosi. Tanah ini umumnya ditemukan di daerah dengan curah hujan tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun, seperti di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Papua.


8. Tanah Andosol


Tanah Andosol telah mengalami perkembangan profil, dengan lapisan atas atau solum yang cukup tebal. Warnanya agak coklat kekelabuan hingga hitam, dan memiliki kandungan mineral serta bahan organik yang cukup tinggi. Teksturnya cenderung berdebu dan strukturnya remah (crumb). Tanah ini memiliki konsistensi yang gembur dan terasa licin serta berminyak. Keasaman tanahnya agak asam, dan kejenuhan basa yang tinggi dengan kemampuan absorpsi yang sedang. Tanah ini cenderung lembab dengan tingkat permeabilitas yang moderat, dan peka terhadap erosi.


Tenaga Eksogen: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Proses yang Mempengaruhinya

Tenaga Eksogen: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Proses yang Mempengaruhinya

Bentuk permukaan bumi selalu berubah. Hal ini disebabkan oleh tenaga alami berupa tenaga endogen yang berasal dari dalam bumi dan tenaga eksogen yang berasal dari luar bumi. Tenaga endogen berupa aktivitas vulkanisme dan tektonisme, sedangkan tenaga eksogen berupa tiupan angin yang kuat, air yang terus mengalir, dan es yang mencair.


Tenaga Eksogen yakni tenaga angin, air, dan gletser. Proses pelapukan, erosi, pergerakan massa tanah, dan pengendapan.

Kenapa bentuk permukaan bumi selalu berubah? 

Apa itu tenaga pembentuk permukaan bumi? 

Seperti apa jenis-jenis tenaga eksogen? 

Apa proses yang mempengaruhi tenaga eksogen?



Dalam postingan kali ini sob, kita akan membahas tenaga eksogen sebagai tenaga pembentuk permukaan bumi dari luar. Yakni ada angin, air, dan gletser. Tak lupa, ada juga proses-proses yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi, yakni proses pelapukan, erosi, pergerakan massa tanah, dan pengendapan. 


Pengertian Tenaga Eksogen


Eksogen berasal dari kata 'luar' (eksos) dan 'asal' (genos). Jadi, eksogen artinya adalah tenaga yang datang dari luar dan membentuk permukaan bumi. Tenaga ini memiliki sifat merusak karena bisa mengubah bentuk bumi yang sudah ada sebelumnya.


Kita bisa membedakan tenaga eksogen berdasarkan bagaimana tenaga ini terbentuk, yaitu sebagai berikut.


Jenis-Jenis Tenaga Eksogen


1. Angin


Tenaga eksogen berupa angin dapat dengan mudah dilihat di daerah arid dan semiarid. Angin bisa menyebabkan dua hal, yaitu deflasi dan korosi.


Deflasi atau pengangkatan material adalah ketika benda-benda terangkat dari satu tempat ke tempat lain akibat angin. Misalnya, di gurun pasir, angin yang kuat dapat memindahkan pasir dari satu tempat ke tempat lain. Selain di gurun, angin juga bisa mengubah pantai dengan membawa pasir dari satu tempat ke tempat lain, membentuk gumuk pasir yang dikenal sebagai sand dunes.


Korosi terjadi ketika angin mengenai suatu bentukan dan membuatnya tergerus atau tergesek. Contohnya, mushroom rock terbentuk karena angin yang mengikis dan menggesekkan batu hingga membentuk bentuk tertentu.


Tidak hanya di darat, angin juga berpengaruh pada bentuk lautan. Angin di atas laut akan mendorong air laut, menyebabkan riak, ombak, dan gelombang. Gerakan gelombang ini bisa menggerakkan berbagai material di laut. Gelombang yang besar bisa mengikis batu di pantai, sehingga lambat laun batu tersebut berubah menjadi bentuk baru, seperti terbentuknya sea cave (gua laut).


2. Air


Tenaga alami dari luar selanjutnya adalah air. Air memiliki kemampuan untuk merusak yang tinggi. Ketika air mengalir, terutama di tempat-tempat yang curam atau terjal, ia akan bergerak dengan cepat dan mengikis serta membawa lapisan tanah yang dilaluinya.


Di daerah yang datar, kecepatan air akan melambat, sehingga material-material yang telah terkikis akan terendapkan di daerah rendah, seperti cekungan, yang akhirnya membentuk bentukan baru. Contohnya, kita dapat melihat proses ini dalam pembentukan delta sungai.


3. Gletser


Perubahan bentuk permukaan bumi karena gletser disebut eksarasi atau erosi glasial. Perubahan ini sering terjadi di daerah pegunungan tinggi yang tertutup salju. Saat salju menumpuk, lambat laun salju tersebut akan meleleh karena beratnya. Akibat beratnya yang besar, es akan jatuh karena gaya tarik gravitasi dan mengalir ke bawah. 


Kecepatan aliran es tergantung pada kemiringan lereng. Semakin curam lereng, semakin cepat aliran esnya. Saat bergerak, gletser akan mengikis batuan di jalurnya dan meninggalkan endapan yang disebut moreina.


Berdasarkan prosesnya, perubahan bentuk permukaan bumi akibat tenaga eksogen dapat terjadi melalui empat proses berikut.


Proses yang Mempengaruhi Tenaga Eksogen


1. Pelapukan


Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan seiring waktu. Proses ini terjadi karena cuaca, reaksi kimia, atau pengaruh biologis. Ini bukan proses yang cepat, melainkan butuh waktu yang lama. Hasil dari pelapukan ini adalah batuan yang hancur berubah menjadi tanah.


Ada empat faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan:


a. Kondisi Struktur Batuan


Struktur batuan adalah ciri fisik dan kimia yang dimiliki oleh batuan itu sendiri. Ciri fisik mencakup hal-hal seperti warna batuan, sedangkan ciri kimia melibatkan unsur-unsur kimia yang ada dalam batuan tersebut. Kedua jenis ciri ini mempengaruhi seberapa tahan batuan terhadap erosi. Contoh batuan yang mudah terkikis adalah batu lempeng (jenis batuan sedimen), sedangkan batuan yang sulit terkikis adalah batuan beku.


b. Kondisi Topografi


Topografi permukaan bumi juga punya peran dalam proses pelapukan batuan. Batuan yang berada di lereng yang curam cenderung lebih rentan terhadap pelapukan dibandingkan dengan batuan yang terletak di daerah datar. Pada lereng yang curam, batuan dapat dengan mudah terkikis atau terlapukkan karena terpapar langsung oleh cuaca sekitar. Sementara itu, di daerah datar atau landai, batuan akan tertutup oleh berbagai endapan yang dapat memperlambat proses pelapukannya.


c. Cuaca dan Iklim


Faktor-faktor cuaca dan iklim seperti suhu udara, hujan, sinar matahari, dan angin dapat mempengaruhi proses pelapukan batuan. Di tempat yang hangat dan lembab, batuan cenderung lebih cepat hancur dibandingkan di tempat yang lebih dingin. Perubahan suhu antara siang dan malam juga bisa mempercepat proses pelapukan ini.


d. Kondisi Vegetasi


Tumbuhan juga berperan dalam merusak batuan melalui akarnya yang dapat menembus celah-celah batuan. Ketika akar-akar ini tumbuh lebih besar, kemampuannya dalam merusak batuan juga akan meningkat. Selain itu, dedaunan yang jatuh dan mengendap di atas batuan juga membantu mempercepat proses pelapukan. Materi dari dedaunan ini mengandung zat asam dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.


2. Erosi


Erosi adalah cara alami di mana batuan terlepas dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain di permukaan bumi karena adanya tenaga yang terus bergerak di permukaan bumi seperti ablasi, abrasi, eksarasi, dan deflasi .


Ablasi terjadi ketika air mengalir dan mengikis tanah. Erosi yang disebabkan oleh air mengalir memiliki beberapa tingkatan, yaitu:


  1. Erosi Percik (Splash Erosion): Percikan air dapat mengikis tanah, dan membawa partikel kecil tanah tersebut, lalu menempatkannya di area lain sebagai endapan.
  2. Erosi Lembar (Sheet Erosion), Yakni tanah mengalami pengikisan di mana lapisan tanah terkikis dengan sama dan merata di seluruh permukaannya.
  3. Erosi Alur (Rill Erosion),Terjadi karena air yang mengalir dan mengumpul di suatu cekungan, menyebabkan tanah di area tersebut terkikis lebih banyak. Rangkaian alur yang muncul akibat erosi ini dapat diatasi dengan pengolahan tanah yang umum digunakan.
  4. Erosi Parit (Gully Erosion), Proses ini mirip dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah berada dalam tanah sehingga tidak bisa dihilangkan dengan metode pengolahan tanah yang biasa.


Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi karena gelombang laut yang terus-menerus menghantam dinding pantai. Tingkat pengikisan ini ditentukan oleh kekuatan gelombang. Bentuk hasil pengikisan ini mencakup berbagai fitur seperti tebing terjal (cliff), takik (notch), gua pantai, wave cut platform, tanjung, dan teluk. 


Eksarasi adalah erosi yang terjadi akibat es. Jenis erosi ini hanya terjadi di tempat yang memiliki musim salju atau di daerah pegunungan tinggi. Prosesnya dimulai saat salju turun di lembah pada lereng atau perbukitan. Seiring waktu, salju akan menumpuk dan menjadi es yang padat dan berat. Gravitasi akan membuat massa es tersebut perlahan merosot ke bawah lereng pegunungan atau perbukitan.


Deflasi adalah abrasi akibat angin. Pada mulanya, angin hanya membawa pasir dan debu. Namun, keduanya kemudian digunakan untuk menyerang batu-batu yang lebih besar sehingga perlahan mengikis batuan tersebut.


3. Pergerakan Massa Tanah (Mass Wasting)


Pergerakan massa tanah atau Mass Wasting adalah saat batuan dan tanah bergerak dalam jumlah yang besar karena gaya tarikan bumi yang disebut gravitasi. 


Terdapat tiga jenis pergerakan massa tanah, yang dibedakan berdasarkan materi yang bergerak dan seberapa cepat gerakannya, yaitu sebagai berikut.


  1. Slow flowage atau juga dikenal sebagai "rayapan massa" (creep), terjadi ketika tanah bergerak dengan kecepatan yang sangat rendah. Kita bisa mengenali peristiwa ini dengan melihat bangunan yang miring, seperti tiang listrik yang berdiri miring.
  2. Rapid flowage adalah gerakan cepat dari batuan atau tanah yang dibantu oleh aliran air..
  3. Landslide atau longsor adalah saat batuan atau tanah bergerak dalam bentuk blok-blok besar dalam waktu singkat..


4. Pengendapan (Sedimentasi)


Sedimentasi adalah cara bagaimana material hasil dari pergeseran dan penghancuran oleh air, angin, atau gletser diangkut dan kemudian diendapkan di suatu area.


Semua potongan batuan yang terkumpul akibat pergeseran dan penghancuran seiring waktu akan menjadi batuan sedimen. Hasil dari proses sedimentasi di satu tempat bisa sangat berbeda dari yang ada di tempat lain.


Di bawah ini adalah beberapa bentuk alam yang terbentuk akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengendapannya.


a. Pengendapan oleh Air Sungai


Batuan yang terbentuk akibat endapan air disebut sedimen akuatik. Ciri-ciri alam yang terbentuk dari endapan air sungai meliputi meander, dataran banjir, tanggul alam, dan daerah muara sungai (delta).


b. Pengendapan oleh Air Laut


Batuan yang terbentuk dari endapan oleh air laut dinamakan sedimen marine. Proses pembentukan sedimen laut ini disebabkan oleh gelombang. Hasil dari endapan jenis ini membentuk spit, tombolo, dan barrier beach.


Arus laut bertanggung jawab dalam mengangkut material di sepanjang pantai. Apabila terjadi perubahan arah arus laut, material-material tersebut akan diangkut ke dalam laut yang lebih dalam. Pada saat material masuk ke wilayah laut yang lebih dalam, terjadi pengendapan material. Seiring berjalannya waktu, material-material ini akan terakumulasi di atas permukaan air laut dan membentuk spit.


Apabila arus pantai terus berlanjut, spit tersebut akan semakin memanjang. Terkadang, spit dapat membentang melewati teluk dan membentuk barrier beach. Jika ada pulau di sekitar spit, biasanya spit tersebut akan terhubung dengan daratan dan membentuk tombolo.


c. Pengendapan oleh Angin


Sedimen yang terbentuk akibat pasir yang ditiup oleh angin disebut sedimen aeolis. Contohnya adalah gumuk pasir. Gumuk pasir bisa muncul di pantai atau gurun. Gumuk pasir terbentuk saat pasir yang terkumpul karena angin yang kencang. Angin membawa pasir dan menumpukkannya perlahan-lahan di satu tempat, sehingga terbentuklah bukit pasir yang kita sebut gumuk pasir.


d. Pengendapan oleh Gletser


Sedimen yang terbentuk saat gletser mengendap disebut sedimen glasial. Hasil dari proses ini adalah perubahan bentuk lembah dari V menjadi U. Ketika musim semi tiba, gletser akan meluncur ke bawah lembah, mengikis batuan dan tanah, lalu kemudian endapan tersebut akan mengendap di lembah. Hasilnya, bentuk lembah berubah dari V menjadi bentuk U.